Jumat, 04 Oktober 2013

Tajuk Rencana tim MAHAPATI - Lomba majalah kampus UNDIKSHA 2013


Globalisasi, tentu saja banyak ‘menggigit’ berbagai aspek nasional tertentu dalam suatu bangsa. Identitas bangsa mulai tidak dikenal lagi, budaya luhur yang menjadi warisan mulai diletakkan dengan tersembunyi, bahkan ada yang mencoba untuk mencampur adukkan dan berusaha untuk membuat kata “globalisasi” itu menjadi nyata.


Salah satu aspek yang mengalami perubahan yang terlihat adalah bahasa. Tak ayal peggunaan bahasa sekarang menggunakan bahasa yang tidak tercantum di kamus besar bahasa Indonesia. Bercermin dari sikap remaja sekarang, dilihat bahwa latah mengikuti temannya yang menggunakan bahasa yang dilebih-lebihkan namun mereka tidak tahu makna dari kata yang mereka ucapkan. Hendaknya kita mengucapkan apa yang kita tahu, karena terkadang salah ucap salah makna. Jadi kita harus mengenali apa yang kita ucapkan, sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan sesuai dengan ejaan yang seharusnya.

Perubahan gaya bahasa kaum remaja saat ini disebut dengan bahasa alay. Apa itu Bahasa Alay?  Alay adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak layu atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling terkenal adalah Anak layangan. Dominannya, istilah ini menggambarkan anak yang menganggap dirinya keren secara gaya busananya. Menurut Koentjaraningrat, Alay adalah gejala yang dialami pemuda dan pemudi bangsa Indonesia, yang ingin diakui statusnya di antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakaian, sekaligus meningkatkan kenarsissan yang cukup mengganggu masyarakat pada umumnya. 

Sebenarnya apa yang meyebabkan bahasa alay itu mudah tersebar luas dibandingkan bahasa yang baik dan benar? Itu semua merupakan dampak dari lingkungan, kebiasaan dan sosial media seperti twitter,facebook, dan maraknya aplikasi jejaring sosial yang di sediakan oleh suatu jaringan komunikasi tertentu. Anak muda jaman sekarang tidak pernah lepas dari twitter,facebook, dan berbagai sosial media lainnya. Semakin banyak yang menggunakan berbagai situs-situs sosial tersebut maka semakin banyak pula perkembangan bahasa alay. Penyebab lainnya adalah tayangan televisi, masyarakat pasti akan menirukan cara berbicara idolanya. semakin sering artis mengucapkan kata alay maka semakin sering juga masyarakat menggunakan bahasa alay. Dan itu bisa membawa dampak yang tidak baik bagi bangsa Indonesia. Dampak negatifnya adalah penggunaan bahasa Alay dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan dengan menggunakan bahasa Alay. Karena, bahasa Alay tidak masuk ke dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak diperkanakan menggunakan bahasa Alay. Jadi, ketika situasi kita dalam situasi yang formal jangan menggunakan bahasa Alay sebagai komunikasi. Dampak negatif lainnya, bahasa Alay dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata Alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.

Saat ini penggunaan bahasa Indonesia akan diatur Undang-Undang dengan tujuan agar masyarakat luas khususnya para remaja tidak seenaknya menggunakan bahasa Indonesia. Karena di era Globalisasi ini sudah banyak terjadi penyalahgunaan Bahasa Indonesia. khususnya di kalangan remaja, karena bahasa-bahasa yang tidak sesuai dengan bahasa indonesia yang baik dan benar sangat mudah tersebar luas di kalangan masyarakat.


(tami,arista,arik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar