Globalisasi, tentu saja banyak ‘menggigit’ berbagai aspek nasional tertentu dalam suatu bangsa. Identitas bangsa mulai tidak dikenal lagi, budaya luhur yang menjadi warisan mulai diletakkan dengan tersembunyi, bahkan ada yang mencoba untuk mencampur adukkan dan berusaha untuk membuat kata “globalisasi” itu menjadi nyata.
Salah
satu aspek yang mengalami perubahan yang terlihat adalah bahasa. Tak
ayal peggunaan bahasa sekarang menggunakan bahasa yang tidak tercantum di kamus
besar bahasa Indonesia. Bercermin dari sikap remaja sekarang, dilihat bahwa latah mengikuti
temannya yang menggunakan bahasa yang dilebih-lebihkan namun mereka tidak tahu
makna dari kata yang mereka ucapkan. Hendaknya kita mengucapkan apa yang kita
tahu, karena terkadang salah ucap salah makna. Jadi kita harus mengenali apa
yang kita ucapkan, sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan
sesuai dengan ejaan yang seharusnya.
Perubahan
gaya bahasa kaum remaja saat ini disebut dengan bahasa
alay. Apa itu Bahasa Alay? Alay adalah
singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak layu atau Anak kelayapan yang
menghubungkannya dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling terkenal
adalah Anak layangan. Dominannya, istilah ini menggambarkan anak yang
menganggap dirinya keren secara gaya busananya. Menurut Koentjaraningrat, Alay
adalah gejala yang dialami pemuda dan pemudi bangsa Indonesia, yang ingin
diakui statusnya di antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya
tulisan, dan gaya berpakaian, sekaligus meningkatkan kenarsissan yang cukup
mengganggu masyarakat pada umumnya.
Sebenarnya apa yang
meyebabkan bahasa alay itu mudah tersebar luas dibandingkan bahasa yang baik
dan benar? Itu semua merupakan dampak dari lingkungan, kebiasaan dan sosial
media seperti twitter,facebook, dan maraknya aplikasi jejaring sosial yang di
sediakan oleh suatu jaringan komunikasi tertentu.
Anak muda jaman sekarang tidak pernah lepas dari twitter,facebook, dan berbagai sosial media lainnya.
Semakin banyak yang menggunakan berbagai
situs-situs sosial tersebut maka semakin banyak
pula perkembangan bahasa alay. Penyebab lainnya adalah tayangan televisi,
masyarakat pasti akan menirukan cara berbicara idolanya. semakin sering artis
mengucapkan kata alay maka semakin sering juga masyarakat menggunakan bahasa
alay. Dan itu bisa membawa dampak yang tidak baik bagi bangsa Indonesia. Dampak
negatifnya adalah penggunaan bahasa Alay dapat mempersulit penggunanya untuk
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat
kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan
dengan menggunakan bahasa Alay. Karena, bahasa Alay tidak masuk ke dalam
tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak
diperkanakan menggunakan bahasa Alay. Jadi, ketika situasi kita dalam situasi
yang formal jangan menggunakan bahasa Alay sebagai komunikasi. Dampak negatif
lainnya, bahasa Alay dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar
kata-kata yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan
maksud dari kata-kata Alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat
memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.
Saat ini penggunaan
bahasa Indonesia akan diatur Undang-Undang dengan tujuan agar masyarakat luas
khususnya para remaja tidak seenaknya menggunakan bahasa Indonesia. Karena di
era Globalisasi ini sudah banyak terjadi penyalahgunaan Bahasa Indonesia.
khususnya di kalangan remaja, karena bahasa-bahasa yang tidak sesuai dengan
bahasa indonesia yang baik dan benar sangat mudah tersebar luas di kalangan
masyarakat.
(tami,arista,arik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar